Berdasarkan keterangan dari beberapa Tokoh Gampong Karieng, bahwa Gampong Karieng sudah ada sejak tahun 1960. Keberadaan Gampong Karieng ini tidak terlepas dari kesibukan para-para pedagang ikan dan barang lainnya saat itu, karena lokasi Gampong Karieng yang tidak jauh dari kawasan laut maka pada saat itu daerah ini sering dijadikan sebagai gudang, pelelangan ikan dan barang kebutuhan lainnya untuk dilelang atau dijual kepada agen umumnya dan terkenal dengan ikan Karieng (teri) , sehingga terkenallah daerah ini dengan istilah Gampong Karieng. Pada masa Darurat Operasi Militer, Gampong Karieng menjadi lintas peperangan antara TNI dengan GAM, sehingga pada masa itu Keuchik Gampong Karieng harus mengungsikan diri karena ada desakan dari anggota GAM pada saat itu. Seiringan dengan perdamaian Aceh yang dilandasi oleh MoU Helsinki tahun 2005, Gampong Karieng terus berkembang, seperti infrastruktur lembaga pendidikan mulai dari tingkat PAUD, SD dan Dayah yang ada di Gampong Karieng ini. Gampong Karieng yang berlokasi 3 kilometer dari jalan Nasional (Medan-Banda Aceh) membuat perkembangan masyarakat Gampong menjadi lambat khususnya perkembangan pendidikan-pendidikan bagi anak diluar sekolah.

Anak-anak di Gampong Karieng ini pun kurang memanfaatkan waktu luang mereka untuk Les ataupun belajar tambahan, sehingga banyak sekali waktu mereka yang terbuang sia-sia. Dikarenakan mereka sibuk membantu orang tuanya melakukan pekerjaan baik itu petani maupun pembuat kerajinan tangan, jadi anak-anak Gampong Karieng waktu belajar yang dipakai hanya saat di sekolah saja.